Style ini cocok banget buat kalian baik yang masih mahasiswa, maupun yang udah punya penghasilan, seperti dosen, pegawai, pengusaha, lawyer, dan apapun pekerjaan kalian, bahkan ibu rumah tangga pun cocok pake style ini. Style ini memang dibuat sesimple mungkin agar terlihat elegan, modis, dan nyaman. dimulai dari Dress Plain Rample (DPR) hitam dilengkapi dengan batwing cardigan plus SPIN Rosa, membuat inner beauty kamu semakin terlihat.
Paging
Sabtu, 31 Januari 2015
Cantik dengan Cardigan Batwing
Style ini cocok banget buat kalian baik yang masih mahasiswa, maupun yang udah punya penghasilan, seperti dosen, pegawai, pengusaha, lawyer, dan apapun pekerjaan kalian, bahkan ibu rumah tangga pun cocok pake style ini. Style ini memang dibuat sesimple mungkin agar terlihat elegan, modis, dan nyaman. dimulai dari Dress Plain Rample (DPR) hitam dilengkapi dengan batwing cardigan plus SPIN Rosa, membuat inner beauty kamu semakin terlihat.
Label:
baju muslim elegan,
hijab,
hijab cantik,
hijab modern,
hijab stylish,
hijabers,
hijabers community,
Islamic Fashion Fair,
jilbab,
jilbab cantik,
jilbab gaul,
nuhijab,
sertifikasi tekstil,
shiffon
Riwayat Para Istri Nabi Muhammad SAW (2)
7. Maria Qibtidaiya
Maria adalah seorang budak wanita yang diberi sebagai hadiah untuk mengikat tali shilaturahmi dari seorang gubernur Mesir kepada Nabi. Maria Qibtidaiya adalah seorang wanita yang cantik.
Tidak ada catatan resmi tentang status pernikahan ini tentang berapa usianya saat dinikahi, namun ada yang menyebutkan bahwa usia Maria waktu dinikahi Rasul adalah sekitar 20 tahun.Maria meninggal lima tahun setelah meninggalnya Nabi SAW.
Diperkirakan pernikahan Maria dan Nabi terjadi pada sekitar tahun 7 / 8 H. Maria melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Ibrahim tetapi anak lelaki satu-satunya ini meninggal ditahun 10 H.
8. Hindun binti Abu Umaiyah / Ummu Salamah
Hindun adalah janda dari Abu Salmah yang memiliki 4 oang anak. Abu Salmah sendiri meninggal di tahun 4 H. Setelah menjanda banyak pria yang ingin meminang Hindun diantaranya adalah Abu Bakar dan Umar.
Namun pinangan kedua pria ini ditolak oleh Hindun. Kemudian barulah Nabi mengajukan pinangan yang diterima oleh Hindun. Pernikahan dilaksanakan tahun 4 H bulan Syawal. Hindun meninggal sekitar tahun 59 H dalam usia 84 tahun.Hindun dinikahi Nabi ditahun 4 H, ketika Hindun berusia sekitar 30 tahun, dan Nabi 56 tahun.
9. Raihana
Dalam perang melawan kaum Yahudi bani Quraiza, pasukan Rasul berhasil mengalahkan pasukan musuh. Akibat dari perang ini, maka banyaklah janda-janda yang butuh perlindungan. Satu dari wanita yang menjadi janda adalah Raihana yang sangat cantik.
Tidak jelas berapa usia Raihana saat menikahi dengan Nabi.
10. Saudah
Tidak ada data yang akurat tentang usia Saudah saat menikah dengan Nabi. Saudah meninggal tahun 54 H dalam usia sangat lanjut yang berarti 44 tahun sudah nabi wafat. Saudah sendiri diceritakan sebagai wanita yang tidak menarik dan digambarkan sebagai wanita yang amat besar, lebih tinggi diantara wanita, dan dia tidak dapat menyembunyikan dirinya dari siapapun yang telah mengenalnya.
Diriwayatkan oleh Aisha: Manakala Rasulullah ingin berpergian, dia akan mengundi siapa isterinya yang akan menemani dia. Dia akan membawa isteri yang namanya terundi. Dia biasanya menetapkan kepada setiap dari mereka satu hari dan satu malam. Tetapi Sauda bint Zam'a melepaskan (gilirannya) siang dan malam dia kepada Aisha, isteri Nabi, demi untuk mencari kesenangan Rasulullah (dengan perbuatan demikian)
11. Zainab binti Khuzaimah
Zainab binti Khuzaimah (bukan binti Jash) adalah janda dari Ubaid bin Haris yang meninggal saat perang Uhud. Pergaulan rumah tangga Rasulullah dengan Zainab tidaklah berlansung lama. Setengah riwayat mengatakan hanya selama 8 bulan, ada pula yang menyampaikan sekitar 4 bulan saja. Para sejarawan mengatakan bahwa Zainab meninggal dalam usia 30 tahun pada tahun ke 4 hijrah. Tidak ada catatan resmi tentang mengapa Zainab meninggal di usia yang begitu muda.
12. Ramlah binti Abu Sufyan / Ummu Habibah
Ramlah adalah anak Abu Sufyan yang dinikahkan dengan Abdullah bin Jahasy yang dikaruniai seorang anak perempuan. Mereka termasuk golongan yang ikut hijrah ke Habasyah (Ethopia). Namun di Habasyah Abdullah bin Jahasy pindah agama menjadi Nasrani dan jadilah Ramlah hidup sendiri. Oleh karenanya Rasul menolong Ramlah dengan cara menikahinya ditahun 7 H, saat itu Ramlah telah berusia 40 tahun.
13. Maimunah
Maimunah adalah istri terakhir Nabi SAW. Berasal dari keluarga bangsawan Quraish. Saat Nabi SAW melakukan ibadah haji ditahun 7 H, maka oleh pamannya yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib diusulkan agar Nabi menikahi Maimunah yang akan menguatkan ikatan per saudaraan. Nabi setuju dan pernikahan dilakukan di Saraf sektiar 10 km dari Mekah. Usia Maimunah saat itu sekitar 30 tahun.
Maimunah adalah janda dari Aba Rahim bin Abdi I'zzi.
Maria adalah seorang budak wanita yang diberi sebagai hadiah untuk mengikat tali shilaturahmi dari seorang gubernur Mesir kepada Nabi. Maria Qibtidaiya adalah seorang wanita yang cantik.
Tidak ada catatan resmi tentang status pernikahan ini tentang berapa usianya saat dinikahi, namun ada yang menyebutkan bahwa usia Maria waktu dinikahi Rasul adalah sekitar 20 tahun.Maria meninggal lima tahun setelah meninggalnya Nabi SAW.
Diperkirakan pernikahan Maria dan Nabi terjadi pada sekitar tahun 7 / 8 H. Maria melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Ibrahim tetapi anak lelaki satu-satunya ini meninggal ditahun 10 H.
8. Hindun binti Abu Umaiyah / Ummu Salamah
Hindun adalah janda dari Abu Salmah yang memiliki 4 oang anak. Abu Salmah sendiri meninggal di tahun 4 H. Setelah menjanda banyak pria yang ingin meminang Hindun diantaranya adalah Abu Bakar dan Umar.
Namun pinangan kedua pria ini ditolak oleh Hindun. Kemudian barulah Nabi mengajukan pinangan yang diterima oleh Hindun. Pernikahan dilaksanakan tahun 4 H bulan Syawal. Hindun meninggal sekitar tahun 59 H dalam usia 84 tahun.Hindun dinikahi Nabi ditahun 4 H, ketika Hindun berusia sekitar 30 tahun, dan Nabi 56 tahun.
9. Raihana
Dalam perang melawan kaum Yahudi bani Quraiza, pasukan Rasul berhasil mengalahkan pasukan musuh. Akibat dari perang ini, maka banyaklah janda-janda yang butuh perlindungan. Satu dari wanita yang menjadi janda adalah Raihana yang sangat cantik.
Tidak jelas berapa usia Raihana saat menikahi dengan Nabi.
10. Saudah
Tidak ada data yang akurat tentang usia Saudah saat menikah dengan Nabi. Saudah meninggal tahun 54 H dalam usia sangat lanjut yang berarti 44 tahun sudah nabi wafat. Saudah sendiri diceritakan sebagai wanita yang tidak menarik dan digambarkan sebagai wanita yang amat besar, lebih tinggi diantara wanita, dan dia tidak dapat menyembunyikan dirinya dari siapapun yang telah mengenalnya.
Diriwayatkan oleh Aisha: Manakala Rasulullah ingin berpergian, dia akan mengundi siapa isterinya yang akan menemani dia. Dia akan membawa isteri yang namanya terundi. Dia biasanya menetapkan kepada setiap dari mereka satu hari dan satu malam. Tetapi Sauda bint Zam'a melepaskan (gilirannya) siang dan malam dia kepada Aisha, isteri Nabi, demi untuk mencari kesenangan Rasulullah (dengan perbuatan demikian)
11. Zainab binti Khuzaimah
Zainab binti Khuzaimah (bukan binti Jash) adalah janda dari Ubaid bin Haris yang meninggal saat perang Uhud. Pergaulan rumah tangga Rasulullah dengan Zainab tidaklah berlansung lama. Setengah riwayat mengatakan hanya selama 8 bulan, ada pula yang menyampaikan sekitar 4 bulan saja. Para sejarawan mengatakan bahwa Zainab meninggal dalam usia 30 tahun pada tahun ke 4 hijrah. Tidak ada catatan resmi tentang mengapa Zainab meninggal di usia yang begitu muda.
12. Ramlah binti Abu Sufyan / Ummu Habibah
Ramlah adalah anak Abu Sufyan yang dinikahkan dengan Abdullah bin Jahasy yang dikaruniai seorang anak perempuan. Mereka termasuk golongan yang ikut hijrah ke Habasyah (Ethopia). Namun di Habasyah Abdullah bin Jahasy pindah agama menjadi Nasrani dan jadilah Ramlah hidup sendiri. Oleh karenanya Rasul menolong Ramlah dengan cara menikahinya ditahun 7 H, saat itu Ramlah telah berusia 40 tahun.
13. Maimunah
Maimunah adalah istri terakhir Nabi SAW. Berasal dari keluarga bangsawan Quraish. Saat Nabi SAW melakukan ibadah haji ditahun 7 H, maka oleh pamannya yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib diusulkan agar Nabi menikahi Maimunah yang akan menguatkan ikatan per saudaraan. Nabi setuju dan pernikahan dilakukan di Saraf sektiar 10 km dari Mekah. Usia Maimunah saat itu sekitar 30 tahun.
Maimunah adalah janda dari Aba Rahim bin Abdi I'zzi.
source:gallerydunia.com
Label:
cerita,
cerita islam,
cerpen,
cerpen islami,
Istri,
istri nabi,
riwayat,
riwayat islam,
riwayat nabi,
wanita inspiratif,
wanita islam,
wanita muslim,
wanita sholihah,
wanita terpilih
Jumat, 30 Januari 2015
Riwayat Para Istri Nabi Muhammad SAW (1)
Siapa sih yang tidak kenal dengan istri Nabi Muhammad SAW? Hanya segelintir (bahkan nyaris tidak ada) yang mengetahui cerita di balik nama mereka. Sedikit orang mengetahui perjuangan dan ceritanya beberapa istri Nabi yang sering disebutkan di dalam Hadits, seperti Khadijah, Aisyah, dan Zainab. Untuk menambah pengetahuan dan kecintaan kita kepada Rasullullah, berikut saya berikan nama-nama istri Nabi yang tercatat dan sejarah singkat pernikahannya.
1. Khadijah
Khadijah yang menikahi Nabi (25 tahun) saat dia sudah berusia 40 tahun. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulai dan kaya raya. Nabi adalah seorang pemuda miskin yang hanya sekedar penggembala.Selama hidup dengan Khadijah, Nabi hanya memiliki seorang istri saja sampai akhirnya Khadijah wafat.Pernikahan Nabi dan Khadijah berlangsung 2 bulan setelah kepulangan beliau dari Syam.
2. Aisyah
Aisyah RA adalah anak perempuan Abu Bakar yang dinikahi oleh Nabi saat berusia sekitar 6 atau 7 tahun. Tetapi karena usia yang masih terlalu muda, Nabi hanya mulai tidur dengan Aisha saat berusia 9 tahun. Sewaktu menikahi Aisha, usia Nabi saat itu sekitar 50 tahun.Pernikahan ini diperkitakan terjadi pada tahun 620 M, beberapa bulan setelah kematian Khadijah, istri pertama Nabi.Ia hidup sampai akhir hayat Nabi. Ketika Nabi wafat, dia berumur 18 tahun, ia meninggal diumur 57 tahun.
3. Hafsah
Hafsah adalah putri dari Umar. Sebelum menikah dengan Nabi, Hafsah sebelumnya telah menikah dengan Khunais yang gugur saat perang Uhud. Pernikahan dengan Nabi dilakukan sekitar 7 bulan setelah Hafsah menjanda.Khunais gugur sebagai pahlawan syuhada dalam perang Uhud, maka tinggallah Hafsah sebagai janda mujahidin dalam usia 18 tahun.
Hafsa dinikahi Nabi di tahun 625, 3 bulan setelah migrasi ke Medinah. Dia berumur 19 tahun dan Nabi berumur 55 tahun ketika menikah. Dia hidup bersama Nabi selama 8 tahun sampai akhirnya Nabi meninggal ditahun 669 pada umur 63.
4. Zainab bint Jash
Sebelum menikah dengan Nabi, Zainab adalah bekas menantu Nabi dari anak angkat, Zaid bin Haritha. Zaid adalah satu-satunya istri Nabi yang langsung dijodohkan oleh Allah SWT kepada Nabi serta membukukannya dalam Al-Qur'an.Nabi saat menikah dengan Zainab berusia 58 tahun, Zainab berusia sekitar 35 tahun. Zainab meninggal tahun 641 setelah wafatnya Nabi.
5. Safiah
Dalam peperangan di Khaibar, pasukan Rasullullah menaklukkan kaum Yahudi Khaibar. Akibat peperangan tersebut Safiah yang baru berusia 17 tahun kehilangan suaminya yang bernama Kinanah yang baru menikahinya 1 bulan. Safiah yang cantik jelita kemudian diambil sebagai istri oleh Nabi.
Safiah sebelumnya hendak diambil oleh Dihyah, namun setelah Rasul mengetahui betapa Safiyah hanya layak bagi Rasul, maka Rasul memutuskan untuk menikahi Safiyah. Sebagai gantinya, Rasul memerintahkan Dihyah untuk menikahi tawanan wanita yang lainnya.
Safiyah dinikahi oleh Rasul ketika di a berumur 17 tahun dan Nabi waktu itu berusia 58 tahun. Pernikahan dilangsungkan pada hari yang sama setelah ayah dan suaminya wafat dalam pertempuran. Dia hidup bersama Nabi selama 4 tahun, dan berumur 21 ketika Nabi wafat.
Safiyah wafat ditahun 673 pada umur 60.
6. Juwariya
Dalam salah satu peperangannya, pasukan Rasul berhasil mengalahkan suku Mustaliq yang dipimpin oleh Harits, anaknya yang bernama Juwariya menjadi tawanan. Dalam salah satu kesempatan Juwariya ingin menemui Nabi untuk membicarakan pembebasannya. Saat itu Nabi sedang berada di rumah Aisah dan solusi yang diajukan Nabi untuk melindunginya adalah dengan menikahinya.
Nabi menikahinya ditahun 628, ketika Nabi berusia 58 tahun dan Juwairiah 20 tahun. Juwariya menikah dengan Nabi selama 4 tahun sampai Nabi wafat.
1. Khadijah
Khadijah yang menikahi Nabi (25 tahun) saat dia sudah berusia 40 tahun. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulai dan kaya raya. Nabi adalah seorang pemuda miskin yang hanya sekedar penggembala.Selama hidup dengan Khadijah, Nabi hanya memiliki seorang istri saja sampai akhirnya Khadijah wafat.Pernikahan Nabi dan Khadijah berlangsung 2 bulan setelah kepulangan beliau dari Syam.
2. Aisyah
Aisyah RA adalah anak perempuan Abu Bakar yang dinikahi oleh Nabi saat berusia sekitar 6 atau 7 tahun. Tetapi karena usia yang masih terlalu muda, Nabi hanya mulai tidur dengan Aisha saat berusia 9 tahun. Sewaktu menikahi Aisha, usia Nabi saat itu sekitar 50 tahun.Pernikahan ini diperkitakan terjadi pada tahun 620 M, beberapa bulan setelah kematian Khadijah, istri pertama Nabi.Ia hidup sampai akhir hayat Nabi. Ketika Nabi wafat, dia berumur 18 tahun, ia meninggal diumur 57 tahun.
3. Hafsah
Hafsah adalah putri dari Umar. Sebelum menikah dengan Nabi, Hafsah sebelumnya telah menikah dengan Khunais yang gugur saat perang Uhud. Pernikahan dengan Nabi dilakukan sekitar 7 bulan setelah Hafsah menjanda.Khunais gugur sebagai pahlawan syuhada dalam perang Uhud, maka tinggallah Hafsah sebagai janda mujahidin dalam usia 18 tahun.
Hafsa dinikahi Nabi di tahun 625, 3 bulan setelah migrasi ke Medinah. Dia berumur 19 tahun dan Nabi berumur 55 tahun ketika menikah. Dia hidup bersama Nabi selama 8 tahun sampai akhirnya Nabi meninggal ditahun 669 pada umur 63.
4. Zainab bint Jash
Sebelum menikah dengan Nabi, Zainab adalah bekas menantu Nabi dari anak angkat, Zaid bin Haritha. Zaid adalah satu-satunya istri Nabi yang langsung dijodohkan oleh Allah SWT kepada Nabi serta membukukannya dalam Al-Qur'an.Nabi saat menikah dengan Zainab berusia 58 tahun, Zainab berusia sekitar 35 tahun. Zainab meninggal tahun 641 setelah wafatnya Nabi.
5. Safiah
Dalam peperangan di Khaibar, pasukan Rasullullah menaklukkan kaum Yahudi Khaibar. Akibat peperangan tersebut Safiah yang baru berusia 17 tahun kehilangan suaminya yang bernama Kinanah yang baru menikahinya 1 bulan. Safiah yang cantik jelita kemudian diambil sebagai istri oleh Nabi.
Safiah sebelumnya hendak diambil oleh Dihyah, namun setelah Rasul mengetahui betapa Safiyah hanya layak bagi Rasul, maka Rasul memutuskan untuk menikahi Safiyah. Sebagai gantinya, Rasul memerintahkan Dihyah untuk menikahi tawanan wanita yang lainnya.
Safiyah dinikahi oleh Rasul ketika di a berumur 17 tahun dan Nabi waktu itu berusia 58 tahun. Pernikahan dilangsungkan pada hari yang sama setelah ayah dan suaminya wafat dalam pertempuran. Dia hidup bersama Nabi selama 4 tahun, dan berumur 21 ketika Nabi wafat.
Safiyah wafat ditahun 673 pada umur 60.
6. Juwariya
Dalam salah satu peperangannya, pasukan Rasul berhasil mengalahkan suku Mustaliq yang dipimpin oleh Harits, anaknya yang bernama Juwariya menjadi tawanan. Dalam salah satu kesempatan Juwariya ingin menemui Nabi untuk membicarakan pembebasannya. Saat itu Nabi sedang berada di rumah Aisah dan solusi yang diajukan Nabi untuk melindunginya adalah dengan menikahinya.
Nabi menikahinya ditahun 628, ketika Nabi berusia 58 tahun dan Juwairiah 20 tahun. Juwariya menikah dengan Nabi selama 4 tahun sampai Nabi wafat.
source:gallerydunia.com
Label:
cerita,
cerita islam,
cerpen,
cerpen islami,
Istri,
istri nabi,
riwayat,
riwayat islam,
riwayat nabi,
wanita inspiratif,
wanita islam,
wanita muslim,
wanita sholihah,
wanita terpilih
Senin, 26 Januari 2015
Aku Menunggumu di Al-akbar
Malam ini dingin menyapa lagi namun hari ini ia tak sendiri, ia menggandeng hujan-hujan kecil dan mengajaknya bermain melompat lompat di atas perut bumi. Mata dan telingaku masih menikmati panorama itu, suasana yang tak kudapati di hari-hari lelahku seminggu ini.
Ku tatap megahnya kubah Masjid Al Akbar yang terlihat jelas dari jendela kamarku. Terbayang di anganku atas sebuah janji yang pernah ku ukir . Bersamanya, di taman Al Akbar.
“Ran, aku jadi pergi besok.”
“Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?”
“Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang sedang sangat membutuhkannya.”
“Ya, kalau itu memang udah jadi pilihan Mas Fahmi, jalani aja. Ran pasti akan selalu doakan di sini.”
“Makasih ya Ran. Nanti kalau Mas sudah sukses, Mas mau kasih hadiah buat Ran.”
“Hem? Hadiah? Kenapa gak sekarang aja? kenapa harus tunggu sukses dulu? Emang hadiahnya mahal?” tanyaku penasaran.
Kemudian matanya menerawang ke arah masjid
“Iya, bahkan.. tak ternilai harganya?”
“Apa?”
Dia kembali memandangku sambil tersenyum.
“Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci antara dua insan.”
Aku tersenyum malu. Jantungku berdegup cepat, wajahku memerah.
“InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”
Satu tahun…
Dua tahun…
Ah, tak terasa sudah hampir empat tahun berlalu…
Selama itu, hanya dunia maya penghubung antara kami.
Sudah tiga tahun terakhir ia jarang pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling lama dua hari saja. Terakhir ia pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelponku dan minta maaf padaku sebab tak sempat menemuiku karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
Tapi… makin lama… aku makin merasa kehilangan dirinya. Sudah satu bulan terakhir ini aku sama sekali tak berinteraksi dengannya. Handphone- sering tidak aktif, e-mailku tak dibalas. Aku tidak mengerti. Apa yang membuatnya seperti itu. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia selalu terdengar ceria tiap kali menelponku, atau tiap kali aku menelponnya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda dia marah padaku atau sedang ada masalah. Apa jangan-jangan.. Tidak.. tidak.. Aku harus tetap positif thinking. Mungkin akhir-akhir ini dia terlalu sibuk.
Ku buka laptopku yang sedari tadi tertutup manis mengintaiku dari kejauhan. Aku cek lagi e-mailku mungkin untuk yang ke sepuluh kalinya hari ini, berharap ada suatu keajaiban.
“Subhanallah!!!” mataku terbelalak hampir saja aku melompat kegirangan. Ku lihat ada namanya di daftar inboxku. Ya Allah, akhirnya..
“Assalamu’alaikum wr.wb.
Kirana.. Mas minta maaf karena baru bisa balas e-mail kamu. Mas juga minta maaf karena tidak pernah menghubungi Ran lagi. Alhamdulillah, keadaan Mas baik-baik aja. Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa kan? di Taman Flora dekat kampusmu, jamnya kamu yang tentukan aja. Mas tunggu balasannya.
wassalamu’alaikum”
Jantungku berdebar debar, apa kiranya yang ingin Mas Fahmi sampaikan? berbagai prasangka berkecamuk dalam dada.
“wa’alaikumsalam. Iya Mas, gak apa apa. Ran ngerti kalau mas sibuk sekali. Alhamdulillah, keadaan Mas Fahmi baik-baik aja. Ran sempat khawatir terjadi apa apa sama Mas Fahmi. Ya udah, besok kita ketemu jam 10 ya.”
—
Mas Fahmi terdiam menatapku, agak lama. Terlihat ada mendung yang menutupi matanya yang teduh.
“Ada apa Mas? Katanya ada yang mau disampaikan sama Ran?” Akhirnya aku pun memulai pembicaraan.
“Ehmm… Iya Ran.. Sebelumnya, Mas mnta maaf. Mas mau Ran dengerin Mas cerita sampai selesai ya. Setelah itu terserah apa yang mau Ran lakukan ke mas Fahmi.”
“Silahkan, Ran dengerin kok.”
“Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat menikah agar Ibu bisa melihat Mas di pelaminan.”
Deg! Sejenak jantungku serasa berhenti berdetak.
“Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu.”
Swiinggg!! Rasanya ribuan bunga mekar seketika di dalam hatiku.
“Eeh, lalu?” Aku mulai tidak sabar.
“Tapi…”
“Tapi…?”
Mas Fahmi terdiam lagi. kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya.
“T..tter.. ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.” Katanya lirih dan terbata-bata.
Jantungku benar-benar berhenti sekarang! Nafasku mulai tak teratur, ribuan bunga yang tadinya mekar semerbak bagaikan dijatuhi bom atom hingga luluh lantah tak bersisa.
“Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Aku terkejut! Aku tak bisa lagi membendung air mataku yang mulai meluap dan tumpah.
“Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” aku mulai terisak.
“Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas takut melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.”
Aku berusaha membendung air mataku walau tak berhasil.
“Sss.. Sudahlah Mas.. Aku….”
“Maafin Mas ya Ran.”
Aku tidak bisa berkata lebih banyak lagi, semakin aku melihatnya semakin aku ingin menjerit. Ulu hatiku bagai tertusuk tusuk pedang tajam. Sakit! Aku segera berdiri dari tempat dudukku.
“Ran mau kemana?”
“Ran mau pulang Mas. Wassalamu’alaikum.”
“Kirana…”
Cukup sudah! Aku ingin segera pergi. Aku tak mau memperdulikan suaranya lagi.
Sudah dua hari ini hatiku nelangsa. Hancur sudah semua harapan bahagiaku. Cuma dia laki-laki yang aku cintai dan aku impikan tuk jadi imamku. Selama dalam masa penantianku. Menanti janji manisnya untuk kami wujudkan berdua. Tapi apa balasan atas kesetiaanku? Kenapa harus berakhir seperti ini Ya Allah.. Apa salah hamba? Salahkah semua kesetiaan ini? Salahkah hamba mencintainya? salahkah hamba mengharapkannya? Salahkah hamba menginginkan ia tuk jadi pendamping hamba di kemudian hari?
Hidupku bagai tak berharga lagi, kemanapun aku pergi bayangan tentangnya selalu mengikuti. Tak
Ku lihat tanggal di kalenderku, tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku kira hari itu kan jadi hari bahagiaku karena ia pasti kan hadir dan memberiku selamat, lalu akan ku kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu semua tinggallah mimpi yang kini telah musnah jadi asap.
Mama memelukku dengan erat, ku ceritakan semuanya. Mama meyakinkan aku bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untukku.
“Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” Lanjut mama. “Allah selalu punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat Kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”
Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa melanjutkan hidupku. Aku pun mulai tenang dalam belaian hangat mama.
Akhirnya setahun sudah waktu berlalu. semakin ku menapaki hari, semakin ku tahu bahwa tak sepantasnya ku menyesali apa yang terjadi. Walaupun sampai saat ini, aku masih belum bisa sepenuhnya melupakan Mas Fahmi. Sulit memang melupakan orang yang sangat kita cintai. Tapi aku percaya, sesuatu yang sulit bukan berarti tak bisa untuk dilakukan. Aku pasti bisa.
Papa mengenalkanku dengan anak dari sahabat baiknya waktu sekolah dulu. Alfath namanya. Usianya empat tahun lebih tua dariku, yah… sepantaran dengan Mas Fahmi. Dia pemuda yang baik dan santun, dan insyaAllah punya pemahaman agama yang lumayan baik. Saat ia datang melamarku, tak ada alasan bagiku untuk menolaknya.
“Dik Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana?” tanya Mas Alfath saat rapat keluarga untuk mempersiapkan hari pernikahan kami.
“Di Masjid Al Akbar.” jawabku sambil tersenyum.
Cahaya mentari pagi memotretku dari kejauhan, mencuri pandang senyum manisku, menyambut hari bahagiaku. Sinar hangatnya memelukku, memudarkan segala kenangan kelabu di masa lalu. Ku pandangi diriku di cermin berbalut gamis pengantin berwarna putih bersih lengkap dengan kerudung cantik membingkai wajahku, ada rasa bangga menggeliat dalam hati.
Aku dan keluargaku berangkat menuju Masjid Al Akbar. Disana, kami disambut para kerabat yang telah menunggu. Semua mata tertuju padaku. Aku duduk bersanding dengan Mas Alfath yang terlihat begitu gagah dengan jas pengantin berwarna putih.
Semua undangan sepertinya telah datang, tetapi aku masih belum nampak seseorang yang ku nantikan kehadirannya.
Aku memandang Mas Alfath, sepintas melintas di benakku wajah Mas Fahmi. Teringat akan sebuah janji yang dulu pernah terucap. Tapi segera kubuang jauh-jauh bayangan itu. Aku tak boleh mengingat hal itu lagi. Tapi… Aku masih menunggu Mas Fahmi. Ya, Aku menunggumu di masjid Al Akbar seperti janji kita dulu. Aku menunggumu untuk sebuah pertemuan suci antara dua insan. Seperti katamu dulu. Meski bukan denganmu kini ku bersanding. Meski bukan denganmu ku wujudkan impianku mengarungi bahtera kehidupan, tapi pada kenyataannya janji kita tetap terwujud indah pada waktunya, pada takdirnya masing-masing. Sekarang Mas Alfath adalah masa depanku. kepadanya ku akan mengabdikan diri sebagai seorang istri sholehah. Kepadanya kan ku semaikan kesetiaan cinta karena Allah yang tak kan pudar.
Tak lama kemudian, sesosok wajah yang ku nantikan hadir bersama seorang wanita cantik yang memeluk dengan penuh kasih sayang seorang bayi mungil di gendongannya. Mas Fahmi. Aku tersenyum, dia pun tersenyum. Nampak ada raut kebanggaan di wajahnya yang seolah berkata.
“Semoga kamu bahagia selamanya.”
source: facebook/nuhijab
Ku tatap megahnya kubah Masjid Al Akbar yang terlihat jelas dari jendela kamarku. Terbayang di anganku atas sebuah janji yang pernah ku ukir . Bersamanya, di taman Al Akbar.
“Ran, aku jadi pergi besok.”
“Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?”
“Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang sedang sangat membutuhkannya.”
“Ya, kalau itu memang udah jadi pilihan Mas Fahmi, jalani aja. Ran pasti akan selalu doakan di sini.”
“Makasih ya Ran. Nanti kalau Mas sudah sukses, Mas mau kasih hadiah buat Ran.”
“Hem? Hadiah? Kenapa gak sekarang aja? kenapa harus tunggu sukses dulu? Emang hadiahnya mahal?” tanyaku penasaran.
Kemudian matanya menerawang ke arah masjid
“Iya, bahkan.. tak ternilai harganya?”
“Apa?”
Dia kembali memandangku sambil tersenyum.
“Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci antara dua insan.”
Aku tersenyum malu. Jantungku berdegup cepat, wajahku memerah.
“InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”
Satu tahun…
Dua tahun…
Ah, tak terasa sudah hampir empat tahun berlalu…
Selama itu, hanya dunia maya penghubung antara kami.
Sudah tiga tahun terakhir ia jarang pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling lama dua hari saja. Terakhir ia pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelponku dan minta maaf padaku sebab tak sempat menemuiku karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
Tapi… makin lama… aku makin merasa kehilangan dirinya. Sudah satu bulan terakhir ini aku sama sekali tak berinteraksi dengannya. Handphone- sering tidak aktif, e-mailku tak dibalas. Aku tidak mengerti. Apa yang membuatnya seperti itu. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia selalu terdengar ceria tiap kali menelponku, atau tiap kali aku menelponnya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda dia marah padaku atau sedang ada masalah. Apa jangan-jangan.. Tidak.. tidak.. Aku harus tetap positif thinking. Mungkin akhir-akhir ini dia terlalu sibuk.
Ku buka laptopku yang sedari tadi tertutup manis mengintaiku dari kejauhan. Aku cek lagi e-mailku mungkin untuk yang ke sepuluh kalinya hari ini, berharap ada suatu keajaiban.
“Subhanallah!!!” mataku terbelalak hampir saja aku melompat kegirangan. Ku lihat ada namanya di daftar inboxku. Ya Allah, akhirnya..
“Assalamu’alaikum wr.wb.
Kirana.. Mas minta maaf karena baru bisa balas e-mail kamu. Mas juga minta maaf karena tidak pernah menghubungi Ran lagi. Alhamdulillah, keadaan Mas baik-baik aja. Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa kan? di Taman Flora dekat kampusmu, jamnya kamu yang tentukan aja. Mas tunggu balasannya.
wassalamu’alaikum”
Jantungku berdebar debar, apa kiranya yang ingin Mas Fahmi sampaikan? berbagai prasangka berkecamuk dalam dada.
“wa’alaikumsalam. Iya Mas, gak apa apa. Ran ngerti kalau mas sibuk sekali. Alhamdulillah, keadaan Mas Fahmi baik-baik aja. Ran sempat khawatir terjadi apa apa sama Mas Fahmi. Ya udah, besok kita ketemu jam 10 ya.”
—
Mas Fahmi terdiam menatapku, agak lama. Terlihat ada mendung yang menutupi matanya yang teduh.
“Ada apa Mas? Katanya ada yang mau disampaikan sama Ran?” Akhirnya aku pun memulai pembicaraan.
“Ehmm… Iya Ran.. Sebelumnya, Mas mnta maaf. Mas mau Ran dengerin Mas cerita sampai selesai ya. Setelah itu terserah apa yang mau Ran lakukan ke mas Fahmi.”
“Silahkan, Ran dengerin kok.”
“Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat menikah agar Ibu bisa melihat Mas di pelaminan.”
Deg! Sejenak jantungku serasa berhenti berdetak.
“Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu.”
Swiinggg!! Rasanya ribuan bunga mekar seketika di dalam hatiku.
“Eeh, lalu?” Aku mulai tidak sabar.
“Tapi…”
“Tapi…?”
Mas Fahmi terdiam lagi. kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya.
“T..tter.. ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.” Katanya lirih dan terbata-bata.
Jantungku benar-benar berhenti sekarang! Nafasku mulai tak teratur, ribuan bunga yang tadinya mekar semerbak bagaikan dijatuhi bom atom hingga luluh lantah tak bersisa.
“Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Aku terkejut! Aku tak bisa lagi membendung air mataku yang mulai meluap dan tumpah.
“Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” aku mulai terisak.
“Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas takut melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.”
Aku berusaha membendung air mataku walau tak berhasil.
“Sss.. Sudahlah Mas.. Aku….”
“Maafin Mas ya Ran.”
Aku tidak bisa berkata lebih banyak lagi, semakin aku melihatnya semakin aku ingin menjerit. Ulu hatiku bagai tertusuk tusuk pedang tajam. Sakit! Aku segera berdiri dari tempat dudukku.
“Ran mau kemana?”
“Ran mau pulang Mas. Wassalamu’alaikum.”
“Kirana…”
Cukup sudah! Aku ingin segera pergi. Aku tak mau memperdulikan suaranya lagi.
Sudah dua hari ini hatiku nelangsa. Hancur sudah semua harapan bahagiaku. Cuma dia laki-laki yang aku cintai dan aku impikan tuk jadi imamku. Selama dalam masa penantianku. Menanti janji manisnya untuk kami wujudkan berdua. Tapi apa balasan atas kesetiaanku? Kenapa harus berakhir seperti ini Ya Allah.. Apa salah hamba? Salahkah semua kesetiaan ini? Salahkah hamba mencintainya? salahkah hamba mengharapkannya? Salahkah hamba menginginkan ia tuk jadi pendamping hamba di kemudian hari?
Hidupku bagai tak berharga lagi, kemanapun aku pergi bayangan tentangnya selalu mengikuti. Tak
Ku lihat tanggal di kalenderku, tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku kira hari itu kan jadi hari bahagiaku karena ia pasti kan hadir dan memberiku selamat, lalu akan ku kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu semua tinggallah mimpi yang kini telah musnah jadi asap.
Mama memelukku dengan erat, ku ceritakan semuanya. Mama meyakinkan aku bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untukku.
“Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” Lanjut mama. “Allah selalu punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat Kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”
Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa melanjutkan hidupku. Aku pun mulai tenang dalam belaian hangat mama.
Akhirnya setahun sudah waktu berlalu. semakin ku menapaki hari, semakin ku tahu bahwa tak sepantasnya ku menyesali apa yang terjadi. Walaupun sampai saat ini, aku masih belum bisa sepenuhnya melupakan Mas Fahmi. Sulit memang melupakan orang yang sangat kita cintai. Tapi aku percaya, sesuatu yang sulit bukan berarti tak bisa untuk dilakukan. Aku pasti bisa.
Papa mengenalkanku dengan anak dari sahabat baiknya waktu sekolah dulu. Alfath namanya. Usianya empat tahun lebih tua dariku, yah… sepantaran dengan Mas Fahmi. Dia pemuda yang baik dan santun, dan insyaAllah punya pemahaman agama yang lumayan baik. Saat ia datang melamarku, tak ada alasan bagiku untuk menolaknya.
“Dik Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana?” tanya Mas Alfath saat rapat keluarga untuk mempersiapkan hari pernikahan kami.
“Di Masjid Al Akbar.” jawabku sambil tersenyum.
Cahaya mentari pagi memotretku dari kejauhan, mencuri pandang senyum manisku, menyambut hari bahagiaku. Sinar hangatnya memelukku, memudarkan segala kenangan kelabu di masa lalu. Ku pandangi diriku di cermin berbalut gamis pengantin berwarna putih bersih lengkap dengan kerudung cantik membingkai wajahku, ada rasa bangga menggeliat dalam hati.
Aku dan keluargaku berangkat menuju Masjid Al Akbar. Disana, kami disambut para kerabat yang telah menunggu. Semua mata tertuju padaku. Aku duduk bersanding dengan Mas Alfath yang terlihat begitu gagah dengan jas pengantin berwarna putih.
Semua undangan sepertinya telah datang, tetapi aku masih belum nampak seseorang yang ku nantikan kehadirannya.
Aku memandang Mas Alfath, sepintas melintas di benakku wajah Mas Fahmi. Teringat akan sebuah janji yang dulu pernah terucap. Tapi segera kubuang jauh-jauh bayangan itu. Aku tak boleh mengingat hal itu lagi. Tapi… Aku masih menunggu Mas Fahmi. Ya, Aku menunggumu di masjid Al Akbar seperti janji kita dulu. Aku menunggumu untuk sebuah pertemuan suci antara dua insan. Seperti katamu dulu. Meski bukan denganmu kini ku bersanding. Meski bukan denganmu ku wujudkan impianku mengarungi bahtera kehidupan, tapi pada kenyataannya janji kita tetap terwujud indah pada waktunya, pada takdirnya masing-masing. Sekarang Mas Alfath adalah masa depanku. kepadanya ku akan mengabdikan diri sebagai seorang istri sholehah. Kepadanya kan ku semaikan kesetiaan cinta karena Allah yang tak kan pudar.
Tak lama kemudian, sesosok wajah yang ku nantikan hadir bersama seorang wanita cantik yang memeluk dengan penuh kasih sayang seorang bayi mungil di gendongannya. Mas Fahmi. Aku tersenyum, dia pun tersenyum. Nampak ada raut kebanggaan di wajahnya yang seolah berkata.
“Semoga kamu bahagia selamanya.”
source: facebook/nuhijab
Kamis, 22 Januari 2015
KISAH SECANGKIR KOPI
Dari Ustadz Abdullah Zein MA. Hafidzohullohu
Suatu hari di sebuah universitas terkenal. Sekelompok alumnus bertamu di rumah dosen senior, setelah bertahun-tahun mereka lulus.
Setelah mereka semua menggapai kesuksesan, kedudukan yang tinggi serta kemapanan ekonomi dan sosial.
Setelah saling menyapa dan berbasa basi, masing-masing mereka mulai mengeluhkan pekerjaannya. Jadwal yang begitu padat, tugas yang menumpuk dan banyak beban lainnya yang seringkali membuat mereka stress. Sejenak sang dosen masuk ke dalam.
Beberapa saat kemudian, beliau keluar sambil membawa nampan di atasnya teko besar berisikan kopi dan berbagai jenis cangkir. Ada cangkir-cangkir keramik tiongkok yang mewah. Cangkir-cangkir kristal. Cangkir-cangkir melamin. Dan cangkir-cangkir plastik.
Sebagian cangkir tersebut luar biasa indahnya. Ukirannya, warnanya dan harganya yang waahh.
Namun ada juga cangkir plastik yang biasanya berada di rumah orang-orang yang amat miskin.
Sang dosen berkata, “Silahkan.. masing masing menuangkan kopinya sendiri”.
Setelah setiap mahasiswa memegang cangkirnya, sang dosen berkata,
“Tidakkah kalian perhatikan bahwa hanya cangkir-cangkir mewah saja yang kalian pilih?
Kalian enggan mengambil cangkir-cangkir yang biasa?
Manusiawi sebenarnya, saat masing-masing dari kalian berusaha mendapatkan yang paling istimewa. Namun seringkali itulah yang membuat kalian menjadi gelisah dan stress.
Sejatinya yang kalian butuhkan adalah kopi, bukan cangkirnya. Akan tetapi kalian tergiur dengan cangkir-cangkir yang mewah. Terus perhatikanlah, setelah masing-masing kalian memegang cangkir tersebut, kalian akan terus berusaha mencermati cangkir yang dipegang orang lain!.
Andaikan kehidupan adalah kopi, maka pekerjaan, harta dan kedudukan sosial adalah cangkir-cangkirnya. Jadi, hal-hal itu hanyalah perkakas yang membungkus kehidupan. Adapun kehidupan (kopi) itu sendiri, ya tetap itu-itu saja, tidak berubah.
Saat konsentrasi kita tersedot kepada cangkir, maka saat itu pula kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kopi.
Karena itu kunasehatkan pada kalian, jangan terlalu memperhatikan cangkir, akan tetapi nikmatilah kopinya…”.
Sejatinya, inilah penyakit yang diderita manusia.
Banyak orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang ia miliki, setinggi apapun kesuksesannya. Sebab ia selalu membandingkannya dengan apa yang dimiliki orang lain.
Setelah menikah dengan seorang wanita cantik yang berakhlak mulia, ia selalu berfikir bahwa orang lain menikah dengan wanita yang lebih istimewa dari istrinya.
Sudah tinggal di rumah sendiri, namun selalu membayangkan bahwa orang lain rumahnya lebih mewah dari rumah sendiri.
Ia bukannya menikmati kehidupannya beserta istri dan anak-anaknya. Tapi justru selalu memikirkan apa yang dimiliki orang lain, seraya berkata, “Aku belum punya apa yang mereka punya”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan,
" ﻣَﻦْ ﺃَﺻْﺒَﺢَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻓِﻲ ﺳِﺮْﺑِﻪِ، ﻣُﻌَﺎﻓًﻰ ﻓِﻲ ﺟَﺴَﺪِﻩِ، ﻋِﻨْﺪَﻩُ
ﻗُﻮﺕُ ﻳَﻮْﻣِﻪِ؛ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﺣِﻴﺰَﺕْ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ "
"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu, seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya".
(HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani).
Seorang bijak berpetuah,
“Alangkah anehnya kebanyakan manusia! Mereka korbankan kesehatan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Setelah terkumpul, gantian mereka gunakan harta tersebut untuk mengembalikan kesehatannya yang telah hilang!
Mereka selalu gelisah memikirkan masa depan, namun melupakan hari ini. Akibatnya, mereka tidak menikmati hari ini dan tidak pula hidup di masa datang.
Mereka senantiasa melihat apa yang dimiliki orang lain, namun tidak pernah melihat apa yang dimilikinya sendiri.
Akibatnya, ia tidak bisa meraih apa yang dimiliki orang lain dan tidak pula bisa menikmati milik sendiri.
Mereka diciptakan untuk satu tujuan, yakni beribadah. Dunia diciptakan untuk mereka gunakan sebagai sarana beribadah. Namun justru sarana tersebut malah melalaikan mereka dari tujuan utama”.
Maka, mari kita nikmati kopi kehidupan tersebut, apapun cangkirnya…
Rabu, 07 Januari 2015
Doa Istikhoroh
Sadar segala sesuatu itu datangnya dari Allah, maka minta sesuatu atau jawaban pun juga kepada Allah. InsyaAllah ilham dan petunjuk Allah akan datang :)
Quotes: Kehidupan
Source:quotesbagus.blogspot.com
Senin, 05 Januari 2015
Kiat-Kiat Menjadi Istri Sholihah (1)
- Selalu tunduk dan patuh pada suaminya selama tidak maksiat
- Berpakaian yang rapi, tertib, dan menutupi aurot
- Selalu menjaga kehormatannya
- Selalu berusaha membahagiakan, menyenangkan suaminya setiap saat
- Selalu menaati perintah suami dalam segala hal ketika suaminya tidak ada di rumah
- Ridho pada suaminya yang telah dijodohkan oleh allah dan selalu ridho diatur oleh suaminya
- Menjadi istri yang jujur, tidak khianat dan selalu setia pada suaminya disaat senang maupun susah
- Senantiasa mendahulukan kepentingan suaminya dalam berbagai hal dan keadaan
- Segera mohon maaf pada suaminya apabila melakukan kesalahan
- Bisa menghibur hati suaminya terutama bila ia dalam kesusahan dan kerisauan
- Bisa melembutkan pandangan serta tunduk dihadapan suaminya
Kiat-Kiat Menjadi Istri Sholihah (2)
- Senantiasa ta'dhim dan hormat kepada suami dan mertuanya
- Senantiasa mendoakan barokah, keselamatan dan kesejahteraan pada suaminya
- Tidak sesekali menunjukkan muka masam dan berlaku kasar terhadap suaminya
- Tidak keluar rumah tanpa izin suaminya
- Menyambut kedatangan suaminya dengan wajah ceria dan senyuman yang mempesona serta mencium tangannya
- Tidak meminta sesuatu yang berlebihan sehingga diluar kemampuan suaminya
- Bersolek ketika suami di rumah dan selalu menyenangkan suaminya ketika dipandang
- Tidak berpuasa sunah ketika suaminya berada di rumah, tanpa seizin suaminya
- Besar cintanya kepada suaminya
Kiat-Kiat Menjadi Istri Sholihah (3)
- Bisa menjaga rahasia suami
- Thoat/ patuh pada suami
- Bisa membatasi diri dalam bergaul dengan orang lain yang bukan makhrom
- Membantu tugas suami dalam perjuangan membantu melancarkan agama Allah, dan membantu kelancaran maisahnya
- Selalu tertib, rajin, khusyuk, tawadu' dalam ibadahnya.
- Selalu berusaha menjadi ahli sholat, puasa, shodaqoh, berdoa, dzikir, dan baca istighfar
- Bisa menjaga dirinya dari kemaksiatan dan pelanggaran yang haram-haram, lahan-lahan,, terutama menjaga pelanggaran laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya agar tidak terjadi pelanggaran had/zina
- Ibu-ibu dan calon ibu sebagai pendamping tidak boleh menghalang-halangi dan menghambat tugas suaminya dalam perjuangan melancarkan agama Allah.
- Selalu bertanggung jawab ngurusi rumah tangga, anak-anak dan selalu melayani suaminya dengan sebaik-baiknya
- Bisa meramut dan mendidik putra putrinya dan anggota keluarga dengan sebaik-baiknya.
- Bisa menggunakan dan menjaga harta secara mujhid-muzhid, bisa mengukur kemauan dengan kemampuan.
Minggu, 04 Januari 2015
Pedoman Wanita Muslimah (1)
- Hindari sikap kurang puas dan perbanyaklah diam
- Bacalah Al-Quran secara rutin
- Jangan langsung komentar terhadap hal-hal yang kamu dengar
- Jauhi sifat sombong dan membanggakan diri
- Banyaklah dzikir kepada Allah
- Jika berbicara jauhilah membesarkan diri, bermanis-manis kata dan terlena pada bagian kata
- Jadikan diri Rosululloh sebagai pedoman
- Pandai-pandailah memilih kata sebelum keluar dari mulut
Label:
adab berkumpul,
Al-Ahzab,
cinta,
cinta karena allah,
ciri-ciri wanita sholihah,
Firman Allah,
muhasabah,
muslimah,
pedoman wanita,
wanita,
wanita islam,
wanita muslim
Pedoman Wanita Muslimah (2)
- Jangan memotong pembicaraan orang, membatasi dengan meremehkannya, jadilah pendengar yang baik.
- Hindari bentuk celaan, menggunjing, membicarakan aib orang lain
- Hindari pembicaraan bagaimanapun pentingnya sebagai rasa hormat terhadap kalamullah jika mendengar bacaan Al-Quran
- Tanamkanlah dalam kalbumu rasa kasih sayang dan kelembutan
- Hiasilah dirimu dengan sikap sopan santun dan bersabarlah atas kesalahan orang baik yang sengaja maupun tidak
- Selalulah bermuka manis kepada siapapun dan bermurah senyum
- Cintailah muslim dengan sungguh-sungguh, dengan agamanya selalu melaksanakan perintah Allah, dan merasa bangga dengan keyakinan yang dia pegang. Jadikanlah dia teman setia, karena cinta atas dasar Allah mempunyai kedudukan yang tinggimus
Pahala untuk Qoum Hawa
- Wanita yang mengolah gandum dengan mengucapkan "Bismillah" Allah akan memberikan keberkahan rizqi-nya
- Wanita yang memerah susu binatang dengan mengucapkan "Bismillah" maka akan didoakan binatang itu dengan keberkahan
- Wanita yang menyapu lantai dengan berdzikir, akan mendapat pahala seperti menyapu lantai Baitullah
- Wanita yang menjaga sholat, puasa, thoat pada suami, Allah akan mengizinkan masuk surga dari pintu mana yang dia suka.
- Wanita yang hamil akan mendapat pahala seperti puasa di siang hari.
- Wanita yang bersalin, dia akan mendapat pahala semisal pahalanya 70 tahun sholat dan 70 tahun puasa dan setiap kesakitan pada setiap aurotnya, Allah mengkaruniakan 1 pahala.
Label:
ahli surga,
fakta wanita,
jihadnya wanita,
motivasi wanita,
mukjizat,
mukjizat Allah,
pahala,
pahala besar,
wanita,
wanita islam,
wanita muslimah,
wanita sholihah
Untuk Menikah, Engkau Tidak Memerlukan Orang yang Sempurna
Langit adalah laki-laki, dan bumi adalah wanita,
Bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit,
Apabila bumi kekurangan panas maka langit mengirimkannya.Apabila ia kekurangan kesegaran dan embun, langit memperbaharuinya.
(petikan puisi Jalaluddin R.)
Tidak ada manusia sempurna, selalu ada kekurangannya. Jika engkau melihat gadis cantik, di tempat lain juga ada gadis yang lebih cantik. Jika engkau tertarik pemuda tampan, di tempat lain juga ada pemuda yang lebih tampan.
Engkau hanya memerlukan seseorang yang akan menemanimu, mengerti dirimu, bisa menerima kondisimu, mau menjadi sahabatmu dalam suka dan duka, melewati hidup bersama dalam segala keadaannya.
Engkau tidak memerlukan seseorang yang sempurna untuk menjadi suami atau istrimu, karena memang tidak ada lelaki sempurna, tidak ada perempuan sempurna.
Siapapun yang engkau pilih untuk menjadi pendamping hidupmu, ia selalu memiliki kekurangan. Sebagaimana dirimu pun memiliki kekurangan.
Maka jangan pernah berharap kesempurnaan dari manusia. Sebab kesempurnaan hanya milik Allah.
Engkau hanya perlu memutuskan untuk memilih seseorang yang mencintaimu karena Allah. Bisa menemanimu karena Allah. Bisa membahagiakanmu karena Allah.
source: infonikah.com
Jumat, 02 Januari 2015
Cinta Karena Allah
Allah tak pernah mengharamkan CINTA.
cinta adalah fitrah yang disertakan kepada umat manusia.
tetapi manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak lantas menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkan-Nya.
CINTA itu harus menjadi media untuk mendekat kepada-Nya.
cinta adalah fitrah yang disertakan kepada umat manusia.
tetapi manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak lantas menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkan-Nya.
CINTA itu harus menjadi media untuk mendekat kepada-Nya.
laksana matahari yang mencintai bumi.
mereka mencintai dari jauh.
tak pernah mendekat, tak perlu lekat.
justru jika mereka dekat.
yang ada mereka akan hancur, lebur.
mereka mencintai dari jauh.
tak pernah mendekat, tak perlu lekat.
justru jika mereka dekat.
yang ada mereka akan hancur, lebur.
Engkau bebas untuk mencintai siapapun.
tetapi jangan sampai cinta itu lantas membuatmu merasa wajib
untuk hidup bersama dengan orang yang kau cinta.
padahal sejak dulu, cinta tak mengharuskan saling dekat dan lekat.
tetapi jangan sampai cinta itu lantas membuatmu merasa wajib
untuk hidup bersama dengan orang yang kau cinta.
padahal sejak dulu, cinta tak mengharuskan saling dekat dan lekat.
Cinta terbaik adalah saat kau mencintai seseorang yang membuat akhlakmu makin indah, jiwamu makin damai, dan hatimu makin bijak.
dia tak hanya ingin bersamamu di dunia,
tapi berupaya agar bersamamu di surga -Nya.
dia tak hanya ingin bersamamu di dunia,
tapi berupaya agar bersamamu di surga -Nya.
Source:Kartun muslimah-facebook
Langganan:
Postingan (Atom)