Paging

Selasa, 29 September 2015

Belajar

Sadarkah bahwa disekeliling kita, entah di lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, kampus atau dunia kerja, terdapat banyak tantangan kehidupan yang harus dihadapi ? Apalagi dengan fenomena di jaman sekarang perubahan dunia yang semakin cepat dan terbuka. Disamping itu ditambah dengan banyaknya pilihan hidup yang harus dihadapi, maka cara kita menghadapi atau merespon permasalahan dan perubahan yang terjadi dapat menjadi faktor penentu kesuksesan dalam kehidupan di dunia maupun persiapan untuk di akhirat. Jika memang demikian, bagaimana cara menghadapinya?


Apakah langsung merespon secara positif atau secara negative.Dengan mendayagunakan kapasitas berfikir, maka sikap “HUSNUDON” dapat kita terapkan.

Selanjutnya, kemampuan untuk belajar dan menerapkan keterampilan baru secara efektif di sepanjang hidup kita, juga nerupakan alat untuk dapat memecahkan masalah agar dapat menghadapi berbagai Jenis tantangan kehidupan.
  http://katamotivasi123.blogspot.co.id

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila pengetahuan dan informasi yang dimilikinya membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan yang diperoleh ,melainkan juga dalam bentuk kacakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian dan perilaku diri. Alangkah bermanfaatnya belajar jika bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita ambil contoh ada seorang anak kecil yang terbiasa belajar di suatu pengajian. Disitu dia belajar mengenai doa-doa. Kemudian doa tersebut selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya semisal jika dia akan makan maka terbiasa untuk berdoa terlebih dahulu.

Sebaliknya, ada seorang dewasa bisa dikatakan sudah menempuh pendidikan yang cukup tinggi katakanlah hingga mendapatkan gelar sarjana. Didalam kehidupan sehari-hari nya sudah terbiasa menggunakan media social. Didalam penggunaan media social tersebut dia selalu komentar yang kurang baik, perilaku tersebut dilakukannya karena menurut dia di media social dapat berkomentar apapun karena tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Dapat kita bayangkan ilmu yang dia miliki (Kesarjanaanya) menjadi sedikit tidak berarti karena perilaku yang kurang baik tadi.
Kembali ke topik yang kita sedang kita bahas belajar dapat dikatakan berkah apabila ilmu yang didapatkan membawakan perubahan terutama pada sikap kita. Dengan belajar, kita lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan.

SUMBER : Makalah CAI 2015 dengan sedikit tambahan

Minggu, 27 September 2015

Fokus pada Hasil, No Excuse



Ada seorang manager di sebuh perusahaan XYZ yang datang ke kantor lalu mampir ke meja salah satu anak buahnya sambil bertanya, ”Badu, apakah pekerjaan yang saya minta kemarin sudah diselesaikan dan hasilnya sudah ditaruh di meja kantor saya?” Si Badu menjawab, “Sudah Pak, sudah selesau di laptop saya, tinggal ngeprint saja’. Pertanyaan: Apakah ini berarti si Badu sudah melakukan pekerjaan yang diminta atasannya? Jawabnya BELUM.


Ada seorang kepala cabang sebuah perusahaan yang tidak berhasil mencapai target yang ditentukan untuk cabangnya berkata pada atasannya/; “ Pak , sebetulnya target kita itu tercapai, kemarin itu memang ada beberapa kendala yang kami hadapi sehingga kami tidak bisa mencapai target”. Pertanyaan: apakah dengan mengatakan demikian itu akan merubah target yang tidak tercapai menjadi tercapai ? Jawabnya tentu saja tidak. Alasan apapun yang dia kemukakan hanyalah sebuah alasan, sebuah excuse untuk menjustifikasikan ketidak-mampuannya dalam mencapai target perusahaan.




Prinsip ini memang sering disalahpahamkan menjadi: tidak perasaan, tidak pengertian, tidak menghargai usaha orang dsb. Tapi sebenarnya focus pada hasil (Result) bisa digambarkan sebagai berikut:

Target tidak tercapai adala target tidak tercapai. Semua penyebab tidak tercapainya target bisa tetap didengarkan dan dijadikan bahan evaluasi untuk membangun strategi yang berbeda untuk kedepannya. Tetapi tidak mengubah kenyataan bahwa tidak tercapainya target menjadi seolah-olah tercapai sehingga reward yang disepakati tetap diberikan.

Hikmah yang dapat diambil Semua upaya yang sudah dilakukan tetap dihargai tetapi target tetap tidak tercapai, sehingga konsekuensi dari tidak tercapainya target tetap menjadi acuan tindakan yang harus diambil selanjutnya.

Di akhir minggu bulan ini mari kita buat kembali to do list yang masih belum tercapai yang nantinya akan semangat di bulan selanjutnya agar target-target tersebut bisa tercapai. 


SUMBER : Makalah CAI 2015

Senin, 21 September 2015

Hukum BerQurban


Bulan Dzulhijjah di kenal dengan bulan haji atau Idul Adha, dan itu berarti ada sebuah ibadah yang Allah swt perintah. Adapun perintah tersebut yaitu memotong hewan qurban atau istilah yang sering kita kenal dengan kata "Berqurban", seperti Firman Allah swt:

“Maka dirikanlah sholat untuk Robbmu dan berqurbanlah (untuk Robbmu).” (QS. Al-Kautsar: 2).

Sejarah berqurban berasal berasal dari bahasa arab yang berarti mendekatkan diri. Qurban sendiri berasal dari kata Qorroba-Yuqorribu-Qurbaanan. Tentu mendekatkan diri dimaksudkan adalah untuk hamba kepada sang Khaliq, sebuah cara pendekatan diri, penghambaan, ketaatan dan kesyukuran.

Kemudian dalam Surat Al-An’am ayat 62 Allah berfirman:

“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadah (qurban)ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Robb semesta alam.”

Dan dalam hadits, Rasulullah saw. bersabda:
Dari Anas ra., “Nabi saw. pernah berqurban dengan dua ekor kambing berwarna belang dan bertanduk.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
dalam hadist lain dijelaskanada atsar dari beberapa shahabat ra-, diantaranya Abu Bakar, Umar dan Abu Mas’ud, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan lainnya dengan sanad shahih,  bahwa mereka pernah meninggalkan ibadah qurban sedangkan mereka dalam keadaan mampu untuk berqurban, dengan tujuan supaya orang-orang tidak meyakini wajibnya berqurban. (“Fathul ‘Allam:” 5/517)

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa qurban dapat dilakukan oleh semua umat muslim, terlebih jika orang tersebut diberikan rezeki yang lebih oleh allah.Adapun bagi orang yang tidak mampu tidak disyariatkan berqurban, bahkan merekalah yang berhak menerima daging qurban. Meskipun begitu, tidak ada larangan untuk orang yang tidak mampu menyembelih hewan qurban. Misalnya saja, seseorang yang tidak mampu itu berusaha dengan cara menabung, menyisihkan sedikit penghasilannya untuk berqurban maka ini lebih baik. Wallahu a’lam bish-showwaab. [hf/islampos/albayyinah/abatasa] [sumber : https://www.islampos.com/hukum-berqurban-wajib-atau-sunnah-81735/]