Paging

Jumat, 31 Juli 2015

DOA DALAM DIAMNYA CINTA


Lantunan irama sendu dari langit serasa menenangkan hati seakan mendamaikan jiwa, merasakan setiap titik kesejukan yang datang dengan kelopak mata menyayu bersama dengan bibir menyungging menyambut air karomah dari tuhan, dikala malam di tengah gemercik hujan, dalam gelap menyanyikan lagu kesunyian, semakin lama semakin dalam, semakin lama semakin tenang dalam balutan hening kekhusyuan, di atas gelaran sajadah aku meminta.
“ya Allah aku meminta dengan ilmu yang ada padaMu, pilihan yang terbaik bagiku, karena engkaulah yang maha mengetahui baik dan buruknya setiap perkara yang tidak kami ketahui, aku mohon apabila adanya kebaikan dalam dirinya untukku maka tetapkanlah untukku dan perbaikilah aku untuknya, namun bila adanya keburukan di dalam dirinya untukku maka jauhkanlah dan berikanlah kesejukan pada hatiku ini ya Allah”.
Setiap waktu di sholatku aku meminta dengan menyelipkan permintaan yang sama, hanya itu yang bisa aku lakukan di saat hati ini mulai berkamuflase dengan khayalan dalam tawa kosong dan kesedihan yang tak tau sebab, di saat aku mulai berfikir bahwa pacaran sebelum menikah adalah haram namun apakah mencintai dalam diam juga termasuk meracuni hati dengan yang tidak halal?
Hati kecilku gelisah dan bimbang, tetapi aku ingat akan satu hal, bahwa rasa cinta itu adalah fitrah setiap manusia, dan tabi’at manusia, bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak menyalahkan rasa tersebut, asalkan tetap dalam batas dan tidak melebihi kecintaan kita kepada Allah swt.
“di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)” (QS Ali Imran ; 14)
Karena adanya interaksi dengan frekuensi yang tidak jarang, itu yang membuatku mulai merasakan getaran dalam dada dengan seorang wanita, Dia yang membuatku mengerti akan definisi kata indah dengan kata-kata lembut nan bijak membawa pesan moral dalam kehidupan, menyeruak melalui hembusan nafas yang menjadi sebuah kesan dalam setiap huruf-huruf yang menjadi kata-kata, dan kata-kata yang menjadikan kalimat-kalimat sebagai penggugah jiwa, she is a beautiful creatures. Aku mengenalnya sejak dua tahun lalu, aku tak tau persis bagaimana awal kami berkenalan, yang aku tau lazimnya orang berkenalan yaitu saling bertanya nama, tempat tinggal dan daerah asal, dan pertanyaan tambahan semacamnya, karena situasi yang menjadikan kami menjadi dekat, kami lulusan dari SMA yang sama tapi sebelumnya kami tidak mengenal satu sama lain meskipun berasal dari satu sekolah yang sama, bahkan pada saat di sekolah, melihat pun hanya sekedar melihat dan hafal wajah saja, karena memang di sekolah aku jarang keluar dari kelas kecuali untuk makan siang dan jika ada keperluan kalau guru meminta.
Setelah lulus SMA aku melanjutkan ke perguruan tinggi, ternyata entah kebetulan atau memang rencana Allah aku dan dia memilih di perguruan tinggi yang sama, kebetulan satu fakultas juga, pada saat awal-awal perkuliahan di mulai, aku merasa asing dan tidak ada satu orang pun yang ku kenal kecuali dia, karena aku merasa satu sekolah asal dengannya maka aku mencoba untuk mendekatinya dan hanya dia pula yang aku kenal di antara wajah-wajah lainnya, ternyata dia pun belum terlalu mempuyai banyak kenalan di kampus barunya, mungkin karena berasal dari sekolah yang sama, kami jadi merasa dekat meskipun sewaktu di sekolah tidak pernah mengenal satu sama lain, kami banyak bercerita.
Tahun pertama kami saling kenal, aku dan dia berkomitmen untuk bersahabat, kami banyak sharing, terutama soal perkuliahan dan juga keagamaan, kami sering berbagi ilmu, dan saling tanya tentang perihal yang tidak kami ketahui tentang apapun, baik yang menyangkut, perkuliahan, keagamaan, umum, atau yang lainnya, bahkan terkadang saling menceritakan permasalahan yang sedang kami alami, dan kami saling menjadi konsultan satu sama lain secara bergantian, selama kedekatanku dengannya aku mulai dapat mengenalnya sedikit demi sedikit, insyaa Allah ia muslimah yang baik. Ternyata tanpa disadari atau mungkin kebetulan saja aku dan dia juga mempunyai satu komitmen yang sama dalam hidup kami yaitu tidak ingin berpacaran sampai adanya pernikahan, seiring berjalannya waktu ternyata banyak kesamaan di antara kami, entah ia merasa begitu atau tidak, apa mungkin karena akunya saja yang terlalu memperhatikan itu, karena aku rasa ketika di saat kita sedang merasakan kedekatan kepada seseorang, hal sekecil apapun yang berhubungan dengan kita dan seseorang itu akan terasa sangat terlihat, baik itu kesamaan antara kita dengan dia, maupun hal-hal kecil lainnya. Aku mulai merasakan suatu perasaan yang sangat sulit didefinisikan oleh kata-kata dan juga tidak mudah dicerna oleh logika, aku sering memikirkannya, membayangkan dirinya, entahlah, apakah ini A little think called love?.
Di tahun kedua aku mengenal dan bersahabat dengannya, aku masih mencintainya dalam diam dalam hembusan nafas yang tidak terkuak oleh kata-kata, entah karena dia cantik, sopan, ramah, baik agamanya, atau apapun, tapi yang aku harap insyaa Allah aku ingin bisa mencintainya karena Allah swt.
Pada pukul 13:15 seusai shalat dzuhur dia, Ismi namanya, menghubungiku melalui pesan singkat
“Assalamualaikum, ikhsan, aku ingin bercerita” ismi mengirim pesan singkat ke handphoneku
“Wa’alaikum salam, silahkan Ismi” balasku,
“kamu tau pak Doni?”,
“pak Doni dosen kita?”
“iya benar”
“kenapa dengan pak Doni?”
“Beliau melamarku, dan mengajakku menikah”
“wah bagus dong kalau begitu, berarti kamu akan menjadi istri seorang dosen, hehe”
Saat ismi terus berbicara dengan bercerita tentang hubungannya dengan pak Doni, pria yang baru saja melamaranya, aku merasakan sakit dan aku rasa, aku telah patah hati karena mendengarnya, tetapi aku tetap menjadi pendengar setia untuknya dengan selalu mencoba memberi sedikit pendapatku, hanya mencoba agar tetap berkontribusi dalam hidupnya, bukannya aku tidak berani untuk menyatakan perasaanku kepadanya tapi aku hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan, aku takut kalau dia tau apa yang aku rasakan kepada dirinya, mungkin ia akan menghindar dan menjauh dariku karena dia tidak mempunyai rasa yang sama seperti yang aku rasakan, lebih baik aku mencintainya secara diam-diam tetapi aku tetap bisa berteman dekat dengannya, meskipun kami berteman dekat tetapi kami tetap menjaga agar tidak berkhalwat, sampai Allah memberi kesempatan kepada kami untuk saling menyempurnakan separuh dari agama kami dengan menikah, mengingat usia kami yang masih muda, dan belum cukupnya persiapanku untuk menikahinya maka aku tetap menjaga persahabatan kami dan tentunya hatiku agar tidak terlalu terpaut darinya, berbeda dengannya walaupun ia masih muda, karena ia seorang wanita bisa saja ia menerima lamaran dari lelaki yang mengajaknya menikah kalau ia cocok.
Kulihat pagi itu ismi sedang duduk di kursi dekat air mancur taman kampus, Subhanallah dengan jilbab toscanya yang menjulur hingga ke dada dihiasi bros kupu-kupu di dada kiri bawah bahunya ia terlihat bersinar, berbisik hati ini, your the apple of my eyes, sungguh makhluk-Mu begitu indah ya Rabb.
Aku hampiri dia,
“Assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam ikhsan”
“kamu sedang apa ismi, pagi-pagi sekali sudah di sini?”
“iya, aku sengaja datang pagi-pagi begini, agar aku bisa mencicil membaca novel yang baru aku beli, hehe”
itu adalah salah satu kesamaan yang kami miliki dari sekian kesamaan-kesamaan kebiasaan kami, yaitu membaca, apapun jenis bacaan, dan apalagi novel, kami sering bertukar novel yang kami punya.
“tentang apa novelnya mi?”
“ini tentang persahabatan lho san, sama seperti kita” seru dia dengan tersenyum agak lebar
“oh ya, bisa kamu ceritakan sedikit untukku”
“bisa, tapi sedikit saja ya, hehe lagipula aku belum membacanya sampai akhir, jadi begini di dalam novel ini diceritakan tentang dua orang sahabat, laki-laki dan perempuan, mereka sudah lama saling kenal, mereka sangat dekat sampai-sampai orang di sekitar mereka mengira mereka berpacaran, tetapi sedekat apapun mereka, mereka tetap tidak pernah saling bersentuhan apalagi berkhalwat, mereka tetap menjaga ukhuwah islamiyah di dalam diri mereka masing-masing, mereka saling berbagi ilmu, pengalaman dan juga mereka saling menguatkan satu sama lain dalam berkomitmen beragama, pada suatu ketika sahabat laki-lakinya itu merasakan bahwa dia mulai mersakan adanya perasaan aneh, ia sering berdiam diri, tidak seceria seperti biasanya, banyak teman-temannya yang menanyakan tentang keadaannya, tetapi ia hanya tersenyum, ia merasa ada yang aneh, ia merasa sedih tapi entah apa penyebabnya ia bersedih, ingin marah tapi apa yang sudah membuatnya marah, Istighfar terus menerus yang ia lakukan, ia mencoba untuk menenangkan fikirannya dan mencari tau apa yang mengganjal di fikirannya, tetapi kenapa yang ada di fikirannya itu adalah sahabatnya sendiri, apa ia merasa itu semua karena sahabatnya, karena ia tidak ada kabar dari sahabatnya lalu ia merasa seperti itu, tapi apakah ini?, itu yang ada di dalam batinnya, dia merasa dirinya sedang berada di suatu permasalahan, ia menyadari bahwa ternyata ia mulai jatuh cinta oleh sahabatnya sendiri, suatu permasalahan yang indah, di mana ia menganggap itu masalah adalah, karena jika sahabatnya tau apa yang ia rasakan terhadap sahabat perempuannya, ia takut sahabatnya itu akan menjauh darinya, maka dari itu, ia lebih memilih untuk mencintainya dalam diam, dan itu ia anggap indah karena dengan merasakan sakit akibat mencintai dalam diam akan menambahkan keimanan dan ketaqwaan dia, sehingga ia akan terus berdzikir kepada Allah seraya mengharap akan diberi kesejukan dalam hati, agar tidak selalu terbenani dengan kecintaannya kepada suatu makhluk, dalam doanya ia berkata kepada Allah,
jika dengan patah hati mampu membuat kedekatanku dengan-Mu bertambah, aku rela berlama-lama dalam keadaan ini jika kau kehendaki ya Allah, tapi aku mohon jangan kau biarkan rasa cintaku kepada makhluk-Mu melabihi rasa cintaku kepada-Mu ya Allah, sudah cukup ya san ceritanya, aku baru sampai di situ bacanya, nanti kamu baca sendiri saja novelnya, tapi setelah aku selesai membacanya, hehe”
“oh iya, nanti aku pinjam kalau begitu, gara-gara kamu aku jadi penasaran, hihi”
“huuuu, hehe jangan-jangan kamu juga begitu, sama dengan cerita yang ada di novel ini”
“begitu bagaimana maksud kamu ismi?”
“diam-diam kamu cinta sama aku ya?”
“eehhmm”
“hehe sudahlah aku hanya bergurau san”
“dasar kamu ini”
Dalam hatiku berkata, meskipun iya aku tidak akan berkata jujur pada mu Ismi, dengan alasan yang sama seperti tokoh sahabat laki-laki yang ada di novelmu itu
Dan andai saja aku menuruti nafsuku aku akan mengatakan ini kepadanya, aku suka padamu, aku sayang padamu, aku cinta padamu, di hadapannya, tapi semua itu harus aku tahan dan bersabarlah sebagai kuncinya, karena kelak jika memang sudah waktunya aku akan mengatakan itu padanya karena aku halal baginya, dan semata-mata karena Allah swt.
Rabu pagi di bawah pohon mangga depan rumah pak Mahmud handphoneku berdering,
“Assalamualaikum, Ikhsan, nanti temui aku di kantin saat jam istirahat ya, aku ingin memberikan novel yang ingin kamu pinjam kemarin”
Pesan dari ismi rupanya, lalu aku balas
“Wa’alaikum salam, iya Ismi”
Tepat pukul 12:45 setelah makan siang dan sholat dzuhur aku berjalan ke kantin untuk menemui ismi
“Assalamulikum ismi” salamku
“Waalaikumsalam ikhsan” jawab Ismi
“ini san novelnya, aku sudah selesai membacanya”
“ok, aku pinjam ya, bagaimana kelanjutannya ceritanya kemarin?”
“baca saja, pokonya happy ending, hehe, oh iya san kemarin pak Doni ke rumahku berniat untuk melamar dan meminta izin kepada orangtuaku”
“oh, jadi kamu sekarang sudah sah dikhitbah oleh pak Doni, selamat Ismi hehe”
“tidak san, pak Doni memilih mundur”
“loh kenapa”
“beliau tidak mampu menyanggupi persyaratan dariku, karena aku berencana untuk menikah tidak secepat ini, paling tidak sampai kuliahku selesai, berarti dua tahun lagi kan, mungkin memang usia beliau yang sudah cukup matang dan tidak ingin menunda-nunda pernikahannya lagi, beliau tidak menyanggupinya dan lebih memilih untuk mundur, ya sudahlah mungkin kami belum berjodoh, di sisi lain untungnya perasaanku kepada pak Doni belum terlalu dalam, jadi aku tidak begitu sedih, hehe”
“oh jadi kamu berencana menikah dua tahun lagi?” tanyaku antusias
“insyaa Allah” jawab ismi dengan tersenyum
Dan ternyata tidak semua cerita ismi mengenai laki-laki yang mendekatinya itu menyakitkan, paling tidak aku dapat mempersiapkan lahir dan batinku sebelum ismi menerima pinangan laki-laki dua tahun kedepan, tetapi aku akan tetap menjaga cintaku ini dalam diamku, sampai waktu itu tiba.
Aku akan mencintainya dalam setiap do’a-do’a ku yang ku titipkan kepada Sang maha pemilik cinta dalam bentuk, Bingkisan do’a untukmu ukhti
Dalam diam ku berdoa, ku titipkan kepada yang meha esa (ALLAH), dengan gaya dan caraku yang khas disampaikan dengan cara-Nya yang paling terindah hanya untukmu, dan aku pun akan terus berdoa dan ikhtiar dalam kesabaranku disusul dengan usahaku kelak jika memang sudah tiba waktunya, karena sabar itu akan indah pada waktunya, benar kan ukhtii?
Aku akan memilihmu dalam naungan-Nya.
Suatu saat jika kesiapan lahir dan batinku sudah sempurna dan kau pun sudah mencapai targetmu dalam kesiapanmu untuk menikah aku akan mendatangi orangtuamu dan berkata “Pak, bu dengan segala kerendahan hati dan segala kekurangan saya, saya berniat untuk menikahi anak bapak dan ibu, yaitu kau ukhtii!”
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar