Sudah lima hari anak saya yang pertama, Kalky, dirawat di rumah sakit. Selama itu pula saya selalu berpikir bahwa Tuhan sedang memberi keluarga saya ujian berat… Sampai pagi ini, sebuah berita duka dari seorang teman mengentak kesadaran saya: Ia baru saja kehilangan anak keduanya.
Saya terdiam beberapa saat setelah membaca berita duka itu. Saya menatap Kalky yang masih tertidur lelap. Selang infus masih menjuntai mengalirkan cairan bening ke lengan kirinya. Betapa luput selama ini saya dari rasa syukur.
Sebagai manusia, kita memang sering salah sangka pada rencana indah Tuhan. Kita selalu punya tendensi untuk melihat ujian melulu sebagai musibah belaka. Padahal, bisa jadi, kemalangan yang sedang kita rasakan adalah cara Tuhan mencurahkan kasih sayangNya. Hanya tinggal kita bisa memeras saripati hikmahNya atau tidak… tinggal bagaimana kita menunda segala buruk sangka untuk menemukan cahaya di ujung gelap.
“Mi, gimana kalau rencana liburan akhir tahun ini kita tunda aja?” Tanya saya pada Rizqa, istri saya.
Ia mengangguk setuju. “Iya, nggak apa-apa. Kita bisa cari kesempatan lainnya, kok.” Jawabnya. “Mudah-mudahan ada rejekinya.”
Saya terdiam sejenak. “Kalau Kalky nggak sakit dan dirawat di Rumah Sakit, padahal kita bisa liburan, ya?” Ujar saya, menyesal.
Rizqa menggelengkan kepalanya. “Belum tentu,” katanya, “Bisa jadi justru kita bakal nyesel mengapa kita punya kesempatan buat liburan.” Sambungnya sambil tersenyum.
Saya mengangguk setuju. Saya bersyukur tak sedikitpun diberi pengetahuan tentang apa yang akan terjadi besok. Hidup tak akan menarik lagi, selain akan kehilangan maknanya, jika kita sudah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari, bukan?
Lagi-lagi pelajaran tentang hidup.
Pertanyaan saya : "Sudahkan Kita Bersyukur di Hari ini ?" :")
Diambil dari : Facebook FAHD PAHDEPIE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar