Paging

Kamis, 13 November 2014

Desainer Muda Alumni Sekolah Fashion Susan Budiharjo



Dari nama sekolahnya aja kita sudah mengetahui siapa dia, sudah tau brand-nya, bahkan sudah tau siapa orang tuanya. Yup, dia adalah Jenahara Nasution, anak kelima pasangan Ida Royani dan Keenan Nasution, memang “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Namun, ketenaran ibunya tidak dia manfaatkan untuk kepentingan karirnya dibidang fashion. Bahkan awalnya Jehan tak memberitahukan kepada sang ibunda. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa membuat label busana muslim sendiri, tanpa harus membawa nama ibunya, Ida Royani, yang memang terkenal sebagai perancang busana muslim ternama. Padahal kesenangan Jehan pada dunia desain bisa jadi memang bakat turunan dari Ibunya. Sejak kecil ia sering menemani sang bunda belanja kain ke toko bahan atau penjahit.
Fashion muslimah di Indonesia merupakan sebuah hal yang menarik untuk diperhatikan. Semakin fashionable-nya para hijabers, dan bagaimana kreativitas kaum hawa  dalam memadu-padankan pakaian patut diacungi jempol. Inilah yang membuat Jehan yang juga pendiri sekaligus ketua komunitas Hijabers Community ini melihat pasar yang menjanjikan untuk busana muslim.
Jehan mulai membuka butik di tahun 2011 dengan nama Jenahara. Ia pun mewujudkan ide-ide fashionnya, bersama Bayi Nurhayati, putri seniman Betawi, Benyamin. Saat ini butik Jenahara sudah ada di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Jogja.
Fashion dari Jenahara dapat dijadikan kiblat fashion yang terlihat stronger, edgier, dan berbeda dari tren yang cukup dominan saat ini, seperti bentuk drape pada pakaian serta pemilihan warna nude dan pastel yang memperlihatkan feminitas serta sisi lembut wanita. Tentu, tidak ada yang salah dengan tren tersebut dan semuanya kembali ke selera dan personal style masing-masing individu.
Akhir-akhir ini Jehan membuat produk second line bekerjasama dengan sang bunda yang diberi nama ‘Jenahara by Ida Royani’. Khusus untuk label ini ia menyerahkan sang bunda untuk yang mendesain. Selain produk ini Jehan juga memiliki dua label lain, yaitu merk ‘Jenahara Black Label’ dan ‘Jenahara’. Merk ‘Jenahara Black Label’ yang berupa desain high end, Jehan menyalurkan idealismenya sebagai seorang desainer. Sementara merk ‘Jenahara’ yang terdiri dari koleksi ready to wear diproduksi secara massal.
Walau banyak yang bilang desain baju karyanya mahal, tapi ia menjamin jahitannya sangat rapih. Untuk masalah ini, ia memang belajar dari sang bunda yang selalu mengatakan, bahwa baju jangan hanya sekedar bagus modelnya saja. Tapi detail dan jahitannya juga harus diperhatikan.
Saat ini Jehan sudah memiliki 20 orang penjahit, di mana penjahit untuk bahan kaos dan katun, ia bedakan.  Karena menjahit bahan kaos memang lebih susah. Di luar dugaan Jehan, ternyata progress bisnis yang ia tekuni ini sangat pesat. Dan ia pun makin optimis akan potensi desain label karyanya di tahun-tahun mendatang. Karena disadari, bahwa Indonesia memiliki masyarakat muslim yang banyak, dan belakangan ini banyak anak muda yang modern, stylish, dan keren, tapi tetap menggunakan hijab.
Tema terbaru dari Jenahara adalah Skyscraper “Yang menginspirasi saya adalah gedung-gedung bertingkat di New York” jelas Jenahara mengenai penggunaan dominasi warna hitam,merah dan krem dalam koleksinya kali ini.


Source: beritanuansa(dot)wordpress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar