Dari nama sekolahnya aja kita sudah mengetahui
siapa dia, sudah tau brand-nya, bahkan sudah tau siapa orang tuanya. Yup, dia
adalah Jenahara Nasution, anak kelima pasangan Ida Royani dan Keenan Nasution,
memang “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Namun, ketenaran ibunya
tidak dia manfaatkan untuk kepentingan karirnya dibidang fashion. Bahkan awalnya
Jehan tak memberitahukan kepada sang ibunda. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya
bisa membuat label busana muslim sendiri, tanpa harus membawa nama ibunya, Ida
Royani, yang memang terkenal sebagai perancang busana muslim ternama. Padahal
kesenangan Jehan pada dunia desain bisa jadi memang bakat turunan dari Ibunya.
Sejak kecil ia sering menemani sang bunda belanja kain ke toko bahan atau
penjahit.
Fashion muslimah di Indonesia merupakan sebuah hal
yang menarik untuk diperhatikan. Semakin fashionable-nya para hijabers, dan
bagaimana kreativitas kaum hawa dalam memadu-padankan pakaian patut
diacungi jempol. Inilah yang membuat Jehan yang juga pendiri sekaligus ketua
komunitas Hijabers Community ini melihat pasar yang menjanjikan untuk busana
muslim.
Jehan mulai membuka butik di tahun 2011 dengan nama
Jenahara. Ia pun mewujudkan ide-ide fashionnya, bersama Bayi Nurhayati, putri
seniman Betawi, Benyamin. Saat ini butik Jenahara sudah ada di Jakarta,
Bandung, Samarinda, Makassar dan Jogja.
Fashion dari Jenahara dapat dijadikan kiblat fashion
yang terlihat stronger, edgier, dan berbeda dari tren yang cukup dominan saat
ini, seperti bentuk drape pada pakaian serta pemilihan warna nude dan pastel
yang memperlihatkan feminitas serta sisi lembut wanita. Tentu, tidak ada yang
salah dengan tren tersebut dan semuanya kembali ke selera dan personal style
masing-masing individu.
Akhir-akhir ini Jehan membuat produk second line
bekerjasama dengan sang bunda yang diberi nama ‘Jenahara by Ida Royani’. Khusus
untuk label ini ia menyerahkan sang bunda untuk yang mendesain. Selain produk
ini Jehan juga memiliki dua label lain, yaitu merk ‘Jenahara Black Label’ dan
‘Jenahara’. Merk ‘Jenahara Black Label’ yang berupa desain high end, Jehan
menyalurkan idealismenya sebagai seorang desainer. Sementara merk ‘Jenahara’
yang terdiri dari koleksi ready to wear diproduksi secara massal.
Walau banyak yang bilang desain baju karyanya mahal,
tapi ia menjamin jahitannya sangat rapih. Untuk masalah ini, ia memang belajar
dari sang bunda yang selalu mengatakan, bahwa baju jangan hanya sekedar bagus
modelnya saja. Tapi detail dan jahitannya juga harus diperhatikan.
Saat ini Jehan sudah memiliki 20 orang penjahit, di
mana penjahit untuk bahan kaos dan katun, ia bedakan. Karena menjahit
bahan kaos memang lebih susah. Di luar dugaan Jehan, ternyata progress bisnis
yang ia tekuni ini sangat pesat. Dan ia pun makin optimis akan potensi desain
label karyanya di tahun-tahun mendatang. Karena disadari, bahwa Indonesia
memiliki masyarakat muslim yang banyak, dan belakangan ini banyak anak muda
yang modern, stylish, dan keren, tapi tetap menggunakan hijab.
Tema terbaru dari Jenahara adalah Skyscraper “Yang menginspirasi saya
adalah gedung-gedung bertingkat di New York” jelas Jenahara mengenai penggunaan
dominasi warna hitam,merah dan krem dalam koleksinya kali ini.
Source: beritanuansa(dot)wordpress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar